Semantik adalah cabang ilmu linguistik
yang mempelajari tentang makna.
Makna adalah
hubungan antara lambang bunyi dengan acuannya. Makna merupakan bentuk responsi
dari stimulus yang diperoleh pemeran dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi
maupun hasil belajar yang dimiliki.
Jenis makna
Terdapat
beberapa pendapat mengenai jenis makna. Menurut Chaer (2003:289), makna dapat
dibedakan berdasarkan beberapa kriteria dan sudut pandang. Berdasarkan jenis
semantiknya, dapat dibedakan antara makna leksikal, makna gramatikal dan
kontekstual, berdasarkan ada atau tidaknya referen pada sebuah kata atau leksem
dapat dibedakan adanya makna referensial dan makna nonreferensial, berdasarkan
ada tidaknya nilai rasa pada sebuah kata/leksem dapat dibedakan adanya makna
denotatif dan makna konotatif, makna konseptual dan makna asositif, makna kata
dan makna istilah,dan makna idiom dan peribahasa.
·
Makna leksikal adalah makna yang dimiliki atau ada pada leksem
meski tanpa konteks apa pun. Misalnya, leksem kuda memiliki makna leksikal
‘sejenis binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’; pinsil bermakna
leksikal ‘sejenis alat tulis yang terbuat dari kayu dan arang’; dan air
bermakna leksikal ‘sejenis barang cair yang biasa digunakan untuk keperluan
sehari-hari’.
·
Makna gramatikal adalah makna yang baru ada kalau terjadi proses
gramatikal, seperti afiksasi, reduplikasi, komposisi atau kalimatisasi.dalam
prosesafiksasi prefiks ber- dengan dasar baju melahirkan makna gramatikal
‘mengenakan atau memakai baju.
·
Makna kontekstual adalah maknasebuah leksem atau kata konteks.
Misalnya, makna konteks kata kepala pada kalimat berikut!
a.
Rambut di kepala nenek belum ada yang putih.
b.
Sebagai kepala sekolah dia harus menegur
murid itu.
c.
Nomor teleponnya ada pada kepala surat itu
d.
Beras kepala harganya lebih mahal dari beras
biasa.
e.
Kepala
paku dan kepala jarum tidak sama bentuknya.
·
Makna Referensial
dan Nonreferensial
Perbedaan makna referensial dan
makna nonreferensial berdasarkan ada tidak adanya referen dari kata-kata itu.
Bila kata-kata itu mempunyai referen, yaitu sesuatu di luar bahasa yang diacu
oleh kata itu, maka kata tersebut disebut kata bermakna referensial. Kalau
kata-kata itu tidak mempunyai referen, maka kata itu disebut kata bermakna
nonreferensial. Kata meja termasuk kata yang bermakna referensial
karena mempunyai referen, yaitu sejenis perabot rumah tangga yang disebut
’meja’. Sebaliknya kata karena tidak mempunyai referen, jadi kata karena
termasuk kata yang bermakna nonreferensial.
·
Makna Denotatif dan
Konotatif
Makna denotatif pada dasarnya
sama dengan makna referensial sebab makna denotatif lazim diberi penjelasan
sebagai makna yang sesuai dengan hasil observasi menurut penglihatan,
penciuman, pendengaran, perasaan, atau pengalaman lainnya(makna asli,makna
asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem.Jadi, makna
denotatif ini menyangkut informasi-informasi faktual objektif. Oleh karena itu,
makna denotasi sering disebut sebagai ’makna sebenarnya’(Chaer, 1994). Umpama
kata perempuan dan wanita kedua kata itu mempunyai dua makna
yang sama, yaitu ’manusia dewasa bukan laki-laki’.
Sebuah kata disebut mempunyai
makna konotatif apabila kata itu mempunyai ”nilai rasa”, baik positif maupun
negatif. Jika tidak memiliki nilai rasa maka dikatakan tidak memiliki konotasi.
Tetapi dapat juga disebut berkonotasi netral. Makna konotatif dapat juga
berubah dari waktu ke waktu. Misalnya kata ceramah dulu kata ini
berkonotasi negatif karena berarti ’cerewet’, tetapi sekarang konotasinya
positif.
·
Makna Konseptual
dan Makna Asosiatif
Leech (1976) membagi makna
menjadi makna konseptual dan makna asosiatif. Yang dimaksud dengan makna
konseptual adalah makna yang dimiliki oleh sebuah leksem terlepas dari konteks
atau asosiasi apa pun. Kata kuda memiliki makna konseptual ’sejenis
binatang berkaki empat yang biasa dikendarai’. Jadi makna konseptual
sesungguhnya sama saja dengan makna leksikal, makna denotatif, dan makna
referensial.
Makna asosiatif adalah makna
yang dimiliki sebuah leksem atau kata berkenaan dengan adanya hubungan kata itu
dengan sesuatu yang berada di luar bahasa. Misalnya, kata melati
berasosiasi dengan sesuatu yang suci atau kesucian.
·
Makna kata dan makna
istilah
Perbedaan adanya makna kata dan
makna istilah berdasarkan ketepatan makna kata itu dalam penggunaannya secara
umum dan secara khusus.
·
Makna idiom dan
peribahasa
Idiom adalah satuan-satuan
bahasa (bisa berupa kata, frase, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat
“diramalkan” dari makna leksikal unsur-unsurnya maupun makna gramatikal
satuan-satuan tersebut.
Berbeda dengan idiom, peribahasa
memiliki makna yang masih dapat ditelusuri atau dilacak dari makna
unsur-unsurnya karena adanya ”asosiasi” antara makna asli dengan maknanya
sebagai peribahasa. Umpamanya peribahasa Seperti anjing dengan kucing
yang bermakna ’dikatakan ihwal dua orang yang tidak pernah akur’. Makna ini
memiliki asosiasi, bahwa binatang yang namanya anjing dan kucing jika bersua
memang selalu berkelahi, tidak pernah damai. Peribahasa ini bersifat
memperbandingkan atau mengumpamakan maka lazim juga disebut dengan nama
perumpamaan.
·
Makna kias
Dalam kehidupan sehari-hari dan
juga dalam kamus umum bahasa indonesia susunan W.J.S Poerwadarminta ada
digunakan istilah arti kiasan, penggunaan istilah arti kiasan digunakan
sebagai oposisi dari arti sebenarnya. Oleh karena itu, semua bentuk bahasa
(baik kata, frase, atau kalimat) yang tidak merujuk pada arti sebenarnya (arti
leksikal, arti konseptual, atau arti denotatif) disebut mempunyai arti kiasan.
Jadi, bentuk-bentuk seperti puteri malam dalam arti ’bulan’, raja
siang dalam arti ’matahari’.
·
Makna Lokusi, Ilokusi,
dan Perlokusi
Makna lokusi adalah makna
seperti yang dinyatakan dalam ujaran, makna harfiah, atau makna yang apa
adanya. Sedangkan makna ilokusi adalah makna seperti yang dipahami oleh
pendengar. Sebaliknya makna perlokusi adalah makna seperti yang diinginkan oleh
penutur.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar